(PART 4) JUDGING VS PERCEIVING
JUDGING VS PERCEIVING
Lifestyle
Pengenalan akan diri
tidaklah mudah, perlu kerendahan hati dan pikiran yang terbuka agar setiap kita
mengenal diri kita secara utuh. Terkadang orang yang merasa mengenali dirinya
ternyata belum sepenuhnya mengenali dirinya. Hal ini dikarenakan adanya idealisme
masing-masing individu sehingga terkadang kita merasa sudah idealis menurut
pandangan kita sendiri namun ternyata masih jauh. Tujuan pengenalan diri
merupakan salah satu cara efektif untuk kita dapat mengembangkan diri terutama softskill. Hal yang membuat menarik
adalah setelah membaca tulisan ini harapannya kita dapat semakin mengerti
siapakah diri kita?
Setelah kita
mempelajari, bagaimana kita mendapatkan sumber energi kita (semangat),
mengetahui kebiasaan kita menangkap mengolah informasi dan menarik sebuah
kesimpulan.
JUDGING VS PERCEIVING
merupakan kecenderungan dalam pengaturan gaya hidup kita. Orang judging adalah
orang yang terencana dan teratur. Mereka sudah merencanakan sesuatu yang akan
dilakukan dari jauh-jauh hari. Orang judging juga suka menyimpan benda-benda
secara teratur ditempat semulanya. Orang perceiving adalah orang yang cenderung
hidupnya “nge-flow”, bebas dan terbuka dengan berbagai kemungkinan. Tipe orang
ini adalah orang-orang dengan gaya hidup spontanitas dan tidak mau sulit dalam
melakukan perencanaan. Orang perceiving juga biasanya cenderung lebih
berantakan dalam meletakkan barang-barang dibandingkan dengan orang judging.
Contoh kasus dalam
perencanaan seperti ini, orang judging bila diminta menyelesaikan pekerjaan dengan
bobot 100 dalam sepuluh jam. Mereka akan
mengatur menjadi 10 bobot/jam untuk dikerjakan. Sedangkan orang perceiving
dalam menyelesaikan pekerjaannya dengan dengan sesuka hati. Maka tipe orang
perceiving terkadang akan mengalami santai-santai kemudian terburu-buru di
jam-jam akhir (sistem kebut semalam) karena tidak memiliki timeline dalam
pengerjaan tugas-tugasnya.
Namun, bila kita
membandingkan orang judging dengan orang perceiving. Orang perceiving lebih
spontanitas, misal bila diberikan project dadakan mereka cenderung lebih siap
dan tidak panik. Sedangkan pada orang-orang judging akan cenderung kewalahan
dengan project-project yang bersifat dadakan karena biasanya sudah terjadwal
dan terarah dalam mengerjakan project-project.
Setiap kecenderungan
sifat antara keduanya memiliki beberapa kelebihan dan tentunya beberapa
kekurangan. Kedua kecenderungan ini kita miliki namun kita ditentukan dari
salah satu sifat yang lebih dominan (condong kemana). Jadi bisa saja ada orang
yang saat didalam situasi ini menjadi lebih terjadwal dan dalam situasi
tertentu menjadi lebih spontan.
Orang judging pada
umumnya melihat orang perceiving itu semaunya sendiri, berantakan, tidak
bertanggung jawab, menggampangkan, susah diatur, tidak bisa diandalkan, suka
php (karena kadang membatalkan atau lupa dengan janji/tidak terjadwal).
Orang perceiving pada
umumnya melihat orang judging itu kaku, paranoid, banyak aturan, aneh, kolot,
terlalu mengontrol, terlalu ribet, terlalu terjadwal.
Pandangan-pandangan
seperti inilah yang kadang membuat kita menjadi konflik karena perbedaan cara
gaya hidup. Namun kembali lagi, setiap kita dapat menjadi manfaat bagi orang
lain yang memiliki sifat dominan kecenderungan yang berbeda dengan kita asalkan
kita memiliki kedewasaan.
Orang judging bisa memberikan manfaat bagi orang perceiving :
1. Membantu
mengingatkan fokus dan prioritas
2. Merencanakan sesuatu
lebih teroganisir
3. Mengatur sesuatu
secara step by step agar lebih mudah
dikerjakan
4. Membantu menjaga
prinsip dan peraturan
Orang perceiving bisa
memberikan manfaat bagi orang judging :
1. Memberikan berbagai
alternatif dan variasi secara spontan
2. Membantu beradaptasi
dengan perubahan
3. Menghadapi
situasi-situasi yang mendadak dan urgent
4. Membantu untuk lebih
fleksibel sesuai keadaan
Dengan mengetahui
masing-masing manfaat mutualisme masing-masing kecenderungan, itu akan
mempermudah kita dalam bekerjasama. Kita semakin menyadari bahwa keunikan kita
masing-masing dan memiliki manfaat bagi orang lain. Bukan berarti salah satu
kecenderungan itu lebih baik. Semua menjadi baik bila setiap sifat dan
kecenderungan kita memiliki tingkat kedewasaan.
Saya sharing sedikit tentang apa yang saya nikmati dari buku, So buat teman-teman yang mau belajar lebih lengkap bisa langsung baca buku referensinya ya. Semoga bermanfaat, budayakan comment dan share .
Sumber : Mastering People Skill with MBTI Edited
& Composed by Josua Iwan Wahyudi