Kemampuan menarik kesimpulan (PART 3)
Kemampuan Menarik Kesimpulan
THINKING
VS FEELING #Sabtuberkarakter #Septemberkarakter
Pengenalan akan diri
tidaklah mudah, perlu kerendahan hati dan pikiran yang terbuka agar setiap kita
mengenal diri kita secara utuh. Terkadang orang yang merasa mengenali dirinya
ternyata belum sepenuhnya mengenali dirinya. Hal ini dikarenakan adanya
idealisme masing-masing individu sehingga terkadang kita merasa sudah idealis
menurut pandangan kita sendiri namun ternyata masih jauh. Tujuan pengenalan
diri merupakan salah satu cara efektif untuk kita dapat mengembangkan diri
terutama softskill. Hal yang membuat
menarik adalah setelah membaca tulisan ini harapannya kita dapat semakin
mengerti siapakah diri kita?
Buat yang belum baca
tentang INTUITION VS SENSING (Part 2) bisa dibaca langsung di bagaimana cara kita menangkap informasi ? Mari dibaca dan pahami dahulu karena akan
berhubungan dengan topik ini. Hari ini kita akan
belajar mengenai THINKING VS FEELING. Setelah kita mengetahui keunikan
dari cara orang menangkap dan mengolah informasi, tentu tidak hanya sampai disitu,
setiap kita pada umumnya setelah menangkap sebuah informasi akan menarik sebuah
kesimpulan.
Thinking, pengambilan keputusan berdasarkan
logika dan pemikiran
Feeling, pengambilan keputusan berdasarkan
perasaan dan penilaian personal
Biasanya penilaian yang berdasar perasaan akan mempengaruhi hasil kesimpulan yang dibuat. (biasanya menjadi lebih subjektif). Namun,
pada artikel ini kita akan sama-sama melihat kekurangan dan keunggulan masing-masing
sifat. Mengingat kembali, bahwa setiap kita memiliki dua kecenderungan ini
antara THINKING dan juga FEELING namun setiap kita memiliki keunikan yang
didasari dari sifat dominan antara kedua sifat tersebut.
Orang thinking akan
mengambil keputusan secara obyektif dan menggunakan logika mereka. Orang
thinking tidak akan melibatkan diri secara emosional dengan keputusan-keputusan
yang mereka ambil. Namun orang thinking tidak jarang dicap sebagai orang-orang
yang berhati dingin dan tidak berperasaan.
Lain hal dengan orang
feeling, mereka cenderung mengambil keputusan dengan melibatkan perasaannya.
Secara emosional, orang feeling sering memposisikan diri sebagai orang lain
saat mereka dalam mengambil keputusan. Hal ini akhirnya membuat orang-orang
feeling lebih dapat memahami perasaan lawannya. Namun kecenderungan ini
bisa membuat mereka menjadi sedikit bahkan dapat kearah subjektif (melihat
dari satu sisi atau membela satu pihak) dan seringkali menjadi kurang tegas
atau pilih kasih.
Sederhananya orang
thinking tidak memposisikan dirinya sebagai orang lain saat mengambil
keputusan, mereka mengambil keputusan dengan logika dan menimbang perkara
secara objektif, sedangkan pada orang feeling mereka sering memposisikan
dirinya sebagai orang lain sehingga mereka lebih memahami dan mengerti perasaan
orang lain tersebut namun terkadang ini membuat orang feeling menjadi sulit mengambil keputusan atau cenderung
subjektif.
Orang feeling pada
umumnya melihat orang thinking itu tidak berperasaan, dingin, sombong, terlalu
serius, melelahkan dan keras kepala.
Orang thinking pada
umumnya melihat orang feeling itu sensitif, plin-plan, subyektif, tidak tegas,
tidak konsisten dan mudah kompromi.
Hal-hal tersebut yang
seringkali membuat timbulnya konflik karena kita tidak memahami apa yang
dipikirkan oleh lawan bicara kita. Mereka yang thinking ataupun yang feeling
tentu memiliki manfaat yang bisa saling tolong menolong seperti halnya yaitu:
Orang feeling bisa
memberikan manfaat bagi orang thinking
1. Memberikan dugaan
orang lain akan merasa dan bertindak seperti apa
2. Membuat pengecualian
untuk individu tertentu
3. Mengorganisasi orang
dan tugas secara harmonis (agar tidak terlalu kaku dalam suatu kelompok)
4. Mengkomunikasikan
keputusan orang thinking agar lebih bisa diterima (karena keputusan terkadang
cenderung tajam dan tidak berperasaan)
Orang thinking bisa
memberikan manfaat bagi orang feeling
1. Menganalisa
konsekuensi
2. Menjalankan
kebijakan dengan teguh
3. Membantu dalam
membuat sistem yang rasional dan objektif
4. Menjaga sportivitas
Dengan mengetahui
masing-masing manfaat mutualisme masing-masing kecenderungan, itu akan
mempermudah kita dalam bekerjasama. Kita yang semakin menyadari bahwa kita masing-masing memiliki keunikan dan dapat bermanfaat bagi orang lain. Lalu bukan berarti salah satu
kecenderungan itu lebih baik. Semua menjadi baik bila setiap sifat dan
kecenderungan kita memiliki tingkat kedewasaan.
Tunggu part selanjutnya setiap
sabtu di bulan September #Sabtuberkarakter #Septemberkarakter. Saya sharing
sedikit tentang apa yang saya nikmati dari buku, So buat teman-teman yang mau
belajar lebih lengkap bisa langsung baca buku referensinya ya. Semoga
bermanfaat, budayakan comment dan share .
Sumber : Mastering People Skill with MBTI Edited
& Composed by Josua Iwan Wahyudi